Membajak SDM 

2019-07-02 22:55:16 |     By Admin

Kita ikut senang bila ada perusahaan baru berdiri di sekitar kita. Baik hanya satu atau beberapa. Dengan demikian akan mengurangi angka pengangguran dan sukur-sukur bisa ikut mendongkrak pendapatan masyarakat di sekitarnya, seperti persewaan kamar kos,  

Permasalahan yang sering dan relatif terjadi adalah pabrik tersebut akan menyedot sdm kita. Tidak harus perusahaan baru,  yang sudah berdiri lamapun berpotensi sama, menyedot sdm. Bahkan kesannya berebut. 

Bisa dimaklumi hal ini karena susahnya cari tenaga terampil dan siap kerja, serta berpengalaman. Keberadaan mereka sangat terbatas. Semakin banyak perusahaan yang tumbuh, semakin banyak kasus ini terjadi. Semakin sempit geografis, semakin berebutlah mereka. Banyaknya muncul perusahaan baru di suatu kawasan sangat berpotensi terjadinya kasus rebutan ini. Pemicunya ya itu,  cari sdm yang siap kerja dan berpengalaman. 

Menyedot tentu tidak sama dengan membajak. Menyedot itu sdm datang melamar sendiri, sedang membajak adalah merebut. Tapi efeknya tetap sama, kita kehilangan sdm,  malah mungkin yang terbaik atau bahkan beberapa orang. Sedang membajak dalam pengertian kita tentu dengan cara-cara yang tidak terpuji. Misal dengan iming-iming pembayaran gaji atau dan fasilitas yang  lain.  Padahal bisa juga sdm kita yang datang dengan sukarela. Apakah membajak itu etis? Mungkin tidak. Bisa jadi sudah menglami pelatihan-pelatihan tetentu sebelumnya baik yang diadakan oleh perusahan atau kantor dinas tertentu, dalam jangka tertentu pula. Jadi benar-benar sdm andalan orang itu. Namun di zaman yang serba terbuka ini apa yang tidak mungkin? Lantas etis dalam lingkaran bisnis itu takarannya apa? Membajak kalau yang dibajak mau, mau apa? Kalau begitu apa yang terjadi dengan perusahaan kita? 

Buruk muka cermin dibelah bukanlah sikap yang baik dan bijak. Disamping tidak fair hanya akan menyalahkan si kambing hitam. Kontra produktif. Lebih baik berintropeksi.  Di sisi lain sdm merasakan betul (atau cari-cari alasan ya?) sdsnya kekurangan di perusahaan kita. Intinya, ada yang tidak beres di tempat kita. Mereka pindah untuk mendapatkan sesuatu yang lain, entah itu terkait karir atau kesejahteraan yang lain, yang menurut mereka lebih bagus.  Mereka berhak dong ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Seperti kita saat kita ketika dalam konteks  yang sama.

Untuk itu “rasa Nasonalisme” perlu ditumbuhkan, ditanamkan. Di sini,  rasa militan bila perlu dimunculkan/ada. Itulah sebabnya komunikasi yang terbuka perlu digalakkan baik di perbidang maupun yang menyeluruh. Umpan balik dialog diupayakan selalu ada dan up to date. Baik berkala atau kotinyu. Semua permasalahan ditangani secara proposional dan profesional. Semua komponen sak iyek sak ekoproyo. Rawe2 rantas malang2 putung. Guyub dan berjuang bersama.

Pergantian pimpinan atau top manajemen biasanya diikuti oleh kebijakaan2 baru. Ini harus ditangkap dan diterjemahkan secara hati-hati serta teliti sekali, sebab dampaknya bisa terjadi salah pemahaman bahkan kebingungan. terkadang kebijakan bisa mendatangkan pro dan kontra. Ini yang perlu dikaji dan diperhatikan sebab dampaknya bisa membuat pekerja lari atau bosan. Pada gilirannya kualitas produksi bisa terancam, karena ditinggalkan orang-orang yang terbaik.

Hal yang paling dikuatirkan tentang berpindahnya sdm andalan kita adalah nanti adanya kesamaan atau sama kualitas atau corak hasil produksi kita. Ini bisa dimaklumi karena lamanya mereka bekrja. Kehilangan pekerja adalah merupakan pukulan. Sebab sekali lagi, tidak gampang mencari penggantinya. Apalagi kita selama ini kita nyaman kumpul dengan mereka.  Baik secara kualitas, performa, culture, maupun hal-hal yang lain. Belum kalau mereka pergi kita harus segera menyiapkan penggantinya. Dan itu tidak mudah karena perlu waktu,  pemikiran, dan juga kadang-kadang dana. Itu saja terkadang tidak kebenaran, kecele. Orang bijak mengatakan: ketika kita menyalahkan orang lain, kita juga salah. 

Strategi umum yang dipakai perusuhaan agar sdmnya tidak lari adalah membuat kemitmen dari awal. Menciptakan suasana yang nyaman dan elegan terus berusaha diciptakan agar sdm tidak lari. Meski tidak dipungkiri masalah gaji adalah merupakan faktor utama kebetahan sdm dalam bekerja walau sekali lagi faktor kenyamanan, kekeluargaan juga sangat dominan.

Jika masalah gaji menjadi faktor utama bisa dibayangkan hanya perusahaan berkantong tebalah yang akan menang. Efek domino yang terjadi adalah melambungnya harga produksi. Dan itu bumerang bagi perusahaan tersebut.

Salah satu alasan sdm betah di perusahaan tersebut adalah adanya ketegasan soal karir dan atau sering adanya pelatihan yang bisa menambah pengetahuan yang pada gilirannya akan memberikan nilai lebih kepada mereka dan berbuntut pada penerimaan salary.

Untuk mencegah terjadinya bajak-membajak adalah melalui kesepakatan dalam sebuah organisasi yang mewadahi perusahaan-perusahaan itu. Meski tidak menjadi jaminan (karena bisa dilakukan melaui trik), cara ini dirasa ampuh untuk dipakai.

Namun satu hal yang bisa dicatat, sdm yang bagai kutu loncat akan menjadi catatan bagi perusahaan-perusahan yang akan dimasukinya. Hal seperti ini kurang disadari oleh sdm yang suka berpindah-pindah perusahaan. Dan itu jelas merugikan mereka. Demikian juga bagi perusahaan yang suka membajak akan mendapat “cap” dari berbagai pihak.

Membajak mungkinkah dilakukan oleh teman sendiri? Walauhu’alam.. Bagaimana bila kita yang melakukan pembajakan?..  Keduanya pasti ada alasannya.. dan tentu merasa benar. Hanya memang sangat perlu dipikirkan segala konsekwensinya. Salah satunya bisa jadi sdm akan meloncat lagi, karena dia berpikir berpindah perusahaan adalah hal biasa. Nah.

 

Penulis :  Guno Prawoto